Kalurahan SRIMULYO

Piyungan, (Srimulyo Post),- Pemerintah Desa Srimulyo mendukung penuh program pemerintah Republik Indonesia dibawah kepmimpinan Presiden  Joko Widodo, yang telah mencanangkan Nawa Cita dengan gerakan Nasional-nya “Revolusi Mental”. Salah satu hal yang telah dilakukan Pemdes Srimulyo terkait dengan hal ini adalah merutinkan Upacara Bendera setiap hari Senin. Upacara tersebut diikuti oleh seluruh pamong dan staf desa, tidak terkecuali KKN yang sedang menjalankan programnya di wilayah Pemdes Srimulyo. Pada kesempatan yang lalu (31/07/2017), Pemdes Srimulyo beserta KKN UNY dan KKN UST berkesempatan bersama-sama melaksanakan upacara bendera di halaman Pendopo Desa Srimulyo.

Dilansir dari laman website kominfo.go.id, gagasan revolusi mental pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai. Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, dan untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong." "Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala," ucap Soekarno kala itu. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi sebagai positivisme. Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu, merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.

Sejarah telah mengukir gurat demi gurat perjuangan para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Mereka begitu gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia untuk terbebas dari penjajah. Tetes darah perjuangan telah mereka tumpahkan di bumi pertiwi ini, demi tegak nya Dwi Warna berkibar di udara. Untuk meneladani dan menghormati perjuangan para pahlawan serta terwujudnya Nawa Cita “Revolusi Mental”, kini generasi mudalah yang melanjutkan perjuangan para pahlawan. Lalu sudah berbuat apakah kita kepada Negri ini? (Foto dan Kontributor : Mita Ayu Kusuma).