Watu wayang dan mbelik

12 April 2017 10:56:48 WIB

Puluhan tokoh pewayangan terpahat di batu-batu besar di Dusun Duwet Gentong, Srimulyo, Piyungan, Bantul. Di dusun kecil berkontur perbukitan ini, bisa dengan ditemukan gambar-gambar tokoh pewayangan. Seperti Arjuna, Gatot Kaca, Kurawa, Nakula dan lainnya.

"Sudah tiga generasi sejak awal mula berdirinya dusun Duwet Gentong," jelas Tukijo (57), warga setempat.

Menurut dia, pahatan itu sudah ada sejak generasi pertama sesepuh kampung. Jika dirata-rata 100 tahun tiap generasi, maka diperkirakan sudah ada sekitar 300 tahun lalu. Adapun generasi pertama dengan sesepuh kampung bernama Merto Ikromo, kemudian dilanjutkan oleh generasi kedua bernama Joyo Ikromo serta generasi ketiga bernama Suto Wijoyo. Serta warga yang menghuni dusun tersebut sekarang merupakan generasi keempat.

Dulu, tambahnya, pernah ada penelitian untuk membuktikan kesahihan fenomena tersebut. Berdasarkan penelitian, batu bergambar wayang itu paling hanya berusia sekitar 40 tahunan. Namun begitu, warga tak mempercayai hasil penelitian tersebut.

"Katanya paling (pahatan-red) berusia 40 tahun, tapi kan kenapa sesepuh kami sudah menceritakannya sejak dulu," jelas salah satu warga, Tukijo (57).

Bagaimana kisah batu bergambar itu menurut warga setempat?

Tukijo mengaitkannya dengan perjalanan Sunan Geseng dan Sunan Kalijaga yang diyakini sempat 'mampir' di dusun ini dalam perjalanannya menyebarkan syiar Islam. Keduanya ingin menandai daerah itu sebagai salah satu daerah yang pernah dikunjungi. Maka, dibuatkanlah tanda berupa gambar pewayangan di batu-batu besar. Cara menggambarnya pun luar biasa, Tukijo dengan yakin menceritakan bahwa gambar-gambar tokoh pewayangan itu dipahat dengan menggunakan kuku tanpa bantuan peralatan apapun.

Jumlahnya cukup banyak, ada lebih dari 20 gambar tokoh pewayangan yang terbagi atas tiga kompleks bebatuan. Beberapa diantaranya tampak jelas, namun beberapa lainnya ada yang sudah tidak tampak karena batu sudah bergeser akibat gempa 2006 silam.

Berdasarkan kisah perjalanan para wali, media seni semisal wayang memang kerap kali digunakan untuk menyebarkan syiar islam. Sementara Sunan Geseng atau yang sering disebut Eyang Cakrajaya sendiri merupakan murid dari Sunan Kaligaja. Sunan Geseng diyakini dimakamkan di Dusun Jolosutro, Piyungan, Bantul yang berada sekitar dua kilometer dari jalan Wonosari KM 14.

Selain pemandangan berupa batuan bergambar wayang, di dusun ini juga ada sebuah sendang atau penampungan mata air yang tak pernah kering. Sendang ini dijaga oleh seorang sesepuh kampung yang akan menerima pengunjung ketika hendak melukan ritual tertentu di sendang tersebut. Lokasinya berada di dataran yang lebih rendah dari kompleks bebatuan bergambar wayang.

"Paling banyak dari luar kota, biasanya kalau mau mencalonkan diri jadi pejabat, mereka mandi di sini pada malam-malam tertentu, ada juga yang cuma membasuh muka," timpal Widoyo (66) warga setempat.

Sayang, keberadaan obyek wisata ini masih belum digarap maksimal. Belum ada sarana dan prasarana pendukung yang biasa ditemukan di tempat obyek wisata. Semisal yang paling mendasar yakni peta penunjuk arah. Menurut Supriyono, selama ini warga sekitar memang belum menyadari benar mengenai potensi itu. Sehingga belum ada perhatian serius untuk mempercantik daerahnya. Kegiatan promosi pun baru dilakukan ala kadarnya melalui situs jejaring sosial facebook.

Namun begitu, ke depannya mereka berencana untuk menggarap secara serius potensi itu. Termasuk diantaranya membuka potensi lainnya yakni wisata trekking menyusuri kompleks-kompleks batu bergambar wayang.

Apakah cerita ini memang benar-benar nyata? Anda boleh percaya atau tidak. "Tapi kami percaya kisah itu ada," tandas Tukijo menutup percakapan.

Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License